016 Epistemologi, Ontologi, Dan Aksiologi Dalam Penelitian Pendidikan

Apa dan Bagaimana Cabang-Cabang Filsafat Ilmu (Epistemologi, Ontologi, Dan Aksiologi)
Epistemologi
Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang berfungsi untuk mengetahui /mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan validitas dari sebuah pengetahuan.
Secara lebih lugas Epistemologi dapat diartikan cabang ilmu filsafat yang mempelajari inti dari pengetahuan dan cara-cara untuk mengetahui lebih dalam dari sebuah ilmu pengetahuan tertentu.
Epistemologi juga dikenal dengan istilah teori pengetahuan. Dasar-dasar, konsep-konsep kajian dan berbagai hal yang melatarbelakangi munculnya suatu keilmuan tertentu termasuk dalam domain atau ranah epistemology.

Sebagai sarana memperjelas tentang epistemology, dapat kita dalami dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang menjadi dimensi dari Epistemologi, diantaranya adalah:
- Apa dan bagaimanakah makna “mengetahui” sebuah ilmu pengetahuan ?
- Dari mana asal-usul pengetahuan yang dipelajari ?
- Bagaimana cara mengetahui pengetahuan ?
- Bagaimana cara membedakan antara pengetahuan dan yang hanya sekedar pendapat ?
- Apa bentuk pengetahuan itu ?
- Apa saja corak pengetahuan yang ada ?
- Bagaimana cara memperoleh pengetahuan ?
- Bagaimana sah atau tidaknya suatu pengetahuan dapat dinilai ?
Pertanyaan-pertanyaan di atas, jika disederhanakan menjadi pertanyaan utama berupa, “Bagaimana proses (tahapan/prosedur) yang memungkinkan untuk dikuasainya suatu ilmu pengetahuan ?”
Ontologi
Ontologi adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari sifat-sifat dasar dari kenyataan yang terdalam, ontologi membahas asas-asas rasional dari kenyataan (kattsoff, 1986).
Secara lebih ringan pengertian ontologi adalah seberapa jauh (dalam) pembelajar ingin mengetahui tentang sesuatu pengetahuan tertentu.

Dalam memahami lebih lanjut terkait cabang filsafat ilmu ontology dapat diurai dalam beberapa pertanyaan-pertanyaan mendasar yang mewakili dimensi cakupan ontologi diantaranya :
- Obyek apa yang ditelaah dalam pengetahuan ?
- Bagaimana wujud hakiki dari obyek pengetahuan ?
- Bagaimana hubungan antara obyek pengetahuan dengan daya tangkap manusia yang menjadi subyek yang mempelajari dan yang membuahkan pengetahuan ?
Penyederhanaan pertanyaan tersebut di atas menjadi pertanyaan utama berupa, ”Bagaimana upaya/cara pengembangan untuk mendapatkan pengetahuan secara lebih mendalam ?”.
Aksiologi
Cabang filsafat ilmiu Aksiologi lebih dikenal dengan istilah teori nilai (Theory of Value), adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari nilai-nilai (value) yang diinginkan setelah fase proses (tahapan/prosedur) yang memungkinkan untuk dikuasainya suatu ilmu pengetahuan (epistemologi) dan upaya/cara pengembangan untuk mendapatkan pengetahuan secara lebih mendalam (ontologi) telah terpenuhi atau telah dilakukan.
Dengan kata lain, pengetahuan yang telah diusahakan pemerolehannya dan juga telah dikuasai akan dimanfaatkan untuk hal-hal apa saja yang tentunya dapat dimanfaatkan dengan positif.
Dalam kajian filsafat ilmu, kita mengenal konsep kebaikan tertinggi yaitu pemanfaatan penguasaan pengetahuan hendaknya dialamatkan untuk dimanfaatkan demi sebesar-besarnya untuk kebaikan dan kebermanfaatan.

Sama seperti dua cabang filsafat ilmu sebelumnya, cabang aksiologi memiliki domain pertanyaan-pertanyaan untuk mendalami kajian dimensi aksiologi, diantaranya :
- Digunakan untuk apa pengetahuan yang telah dikuasai ?
- Bagaimana hubungan antara penggunaan pengetahuan dengan kaidah-kaidah moral yang diyakini masyarakat ?
- Bagaimana menentukan obyek telaah berdasarkan filter kaidah moral ?
- Bagaimana hubungan tehnik prosedural dalam pelaksanaan metode ilmiah pengetahuan dengan kaidah-kaidah moral ?
Pertanyaan utamanya adalah, ”Digunakan untuk apa pengetahuan yang telah diperoleh terkait dengan kaidah moral dalam masyarakat ?”.
Demikian terkait Apa dan Bagaimana Cabang-Cabang Filsafat Ilmu (Epistemologi, Ontologi, Dan Aksiologi), semoga kita tetap diberikan kekuatan untuk tetap melakukan fase epistemologi, ontology, dan aksiologi.
Ketiga fase tersebut tetap harus kita lakukan karena tidak ada alasan apapun bagi kita untuk menyetakan “selesai” dalam hal belajar. Tetap lakukan dan sebarkan segala kebaikan pada siapa saja, terutama kepada anak-anak didik kita.
Silahkan melanjutkan membaca 017 International Journal Publication_Anwarudin, M. Dafik.