#009 Identifikasi Proses Pembelajaran Yang Menerapkan Teori Belajar Konstruktivisme

basiceducationpenerapanteoribelajarkonstruktivismedalampembelajaran


Pandangan beberapa pakar tentang perbandingan antara kelas yang diajar dengan pendekatan “tradisional” dan konstruktivisme

Menurut Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa dalam buku belajar dan pembelajaran disebutkan bahwa pendekatan pembelajaran yang dikategorikan dalam konsep lama adalah pembelajaran yang dianggap sebagai bagian dari “menirukan”, yakni suatu proses yang melibatkan pengulangan oleh siswa atau menirukan informasi yang disajikan dalam laporan atau kuis dan tes. 

Peranan guru sangat dominan dan menguasai jalannya pembelajaran walaupun dalam prakteknya banyak diantara siswa yang mempunyai dan berkeinginan untuk memberikan kontribusinya dalam proses pembelajaran, namun tidak terakomodasi secara maksimal.

Pembelajaran dengan menggunakan konsep lama atau tradisional menekankan pada pentingnya penguasaan bahan/ materi oleh guru karena peranan guru sangat vital serta menentukan baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 

Pembelajaran konsep lama atau tradisional lebih mengarah kepada teacher centre yang membangun tembok tebal bagi siswa untuk ikut berperan aktif di dalam pembelajaran. Keadaan ini mengharuskan siswa untuk menjadi obyek dari pembelajaran, hal-hal yang menyangkut pengelolaan mutlak dimiliki dan ditentukan oleh guru.

Pola pembelajaran konsep lama atau tradisional menitik beratkan pembelajaran kepada upaya atau proses menghabiskan bahan ajar atau materi yang harus disampaikan oleh guru pada setiap sesi pembelajarannya. 

Terkait masalah pemahaman dan kualitas penyerapan materi oleh siswa kurang mendapatkan perhatian lebih. Pembelajaran dikatakan sudah berjalan dan sukses jika siswa sudah mampu menjawab dengan benar pada saat evaluasi (pengukuran hasil serapan siswa) hanya pada bagian-bagian isi pokok (substansi) dan tidak dilakukan pengembangan yang memancing daya kreatifitas siswa dalam menyelesaikan masalah yang masih merupakan bagian dari materi namun membutuhkan daya kreasi siswa untuk menjawabnya.

Masih berdasarkan buku yang sama, pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme yang merupakan bagian dari trend mutakhir teori belajar, pembelajaran menurut pendekatan konstruktivisme lebih mengutamakan dalam membantu siswa menginternalisasikan (menghayati) pembelajaran, membentuk kembali, dan menginformasikan informasi baru.

Untuk membantu siswa dalam ketiga hal tersebut, guru diharapkan mengubah pandangan sesuai dengan pandangan konstruktivisme yakni menghargai otonomi dan inisiatif siswa, menggunakan variasi data-data materi dengan penekanan kepada keterampilan berpikir kritis, lebih mengutamakan kinerja siswa sebagai pemicu kreativitas siswa, menyertakan respon siswa sebagai bagian dari pembelajaran, menggali pemahaman siswa saat awal pembelajaran.

Memberikan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan guru maupun siswa lain, mendorong penemuan sendiri oleh siswa dengan memberikan pertanyaan terbuka, menyertakan siswa dalam pengalaman belajar, memberikan waktu sedikit lebih banyak bagi siswa untuk memikirkan dan mengerjakan tugas, serta menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dengan penggunaan model pembelajaran yang beragam.

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivisme adalah memandang bahwa subyek (siswa) secara aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. 

Dengan bantuan struktur kognitif yang telah tersusun pada diri siswa, maka siswa mampu menyusun pengertian realitanya disesuaikan dengan tuntutan lingkungan dan individu yang sedang berubah secara berulang-ulang yang disebut dengan peristiwa rekonstruksi.

Hal terpenting dalam konstruktivisme adalah siswalah yang harus aktif untuk mengembangkan pengetahuan mereka yang pada akhirnya akan membentuk siswa menjadi kreativitas dan keaktifan sehingga siswa mampu berdiri sendiri dalam pengetahuan kognitifnya serta mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul sebagai pengembangan dari substansi materi dengan harapan yang lebih jauh lagi siswa mampu menjawab tantangan kehidupan di masyarakat kelak ketika mereka dewasa.
konstrukstivismesosialpenerapanteoribelajarkonstruktivismedalampembelajaran

Identifikasi strategi dalam pembelajaran merujuk kepada pandangan Vigotsky
Identifikasi pertama adalah peranan guru dalam memberi perhatian dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa. Hal ini penting dilakukan sebagai bentuk penggalian awal terhadap apa yang telah diketahui oleh siswa yang dapat dimanfaatkan guru untuk memberikan konfirmasi kepada siswa lain yang masih belum memiliki pengetahuan awal terkait materi pembelajaran yang akan disampaikan. 

Perhatian dan pemanfaatan pengetahuan awal siswa juga memberikan dampak meningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa karena bagi siswa yang telah memiliki lebih akan semakin termotibasi untuk mengembangkan pengetahuannya dan bagi siswa yang belum memahami banyak hal mengenai materi akan berusaha mengejar kekurangan yang dengan bantuan guru maupun teman dalam kelasnya.

Seberapapun tingginya pengetahuan yang dimiliki guru dan siap ditransfer kepada siswa, jika pada proses pembelajarannya tidak menggunakan variasi pembelajaran yang baik dan memberikan kebermaknaan dalam proses pembelajarannya, maka siswa lama kelamaan akan menjadi bosan juga. Sangat baik bagi guru untuk membawa siswa kepada keadaan nyata terkait materi yang disampaikan.

Seorang guru memerlukan sedikit pengolahan dalam pemberian pengetahuan dengan cara yang berbeda yakni dengan memberikan pengetahuan secara kontekstual (nyata) atau langsung siswa dibawa ke keadaan nyata terkait materi yang disampaikan, hal ini dapat kita lakukan dengan membawa siswa untuk keluar kelas dan mengamati langsung terkait materi. 

Dalam hal ini, penekanan kepada pengalaman belajar autentik (terpercaya/ nyata) dan bermakna, yang memberikan dampak positif dalam pemerolehan pengetahuan kepada siswa dibandingkan dengan memberikan penjelasan langsung dengan cara ceramah.

Tahapan identifikasi selanjutnya adalah membangun hubungan (komunikasi) yang kondusif, baik komunikasi antara guru dengan ssiwa maupun komunikasi antar siswa dengan tidak memberikan tekanan-tekanan berupa fisik dan psikis, sehingga siswa dapat belajar dan memperoleh pengetahuannya secara alamiah dan tidak dalam tekanan, siswa melaksanakan pembelajaran dengan senang dan tentunya pengetahuan yang diperoleh akan semakin maksimal diterima oleh siswa.

Mendorong siswa untuk mandiri dalam memperoleh pengetahuannya adalah tahapan selanjutnya mutlak kita lakukan untuk mendukung identifikasi kedua. Memberikan kesempatan anak untuk mandiri dengan memberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok dan membuat rangkuman sesuai degan apa yang telah dilakukan oleh siswa selama pelaksanaan pembelajaran akan sangat membantu proses pembelajaran. Hal ini akan memberikan dampak positif yang akan memacu siswa untuk selalu aktif dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan.

Tahapan idenfikasi terakhir adalah proses pembelajaran secara keseluruhan harus menampilkan langkah-langkah pemerolehan pengetahuan yang dilakukan sesuai dengan kaidah dunia ilmiah. Pada dunia ilmiah, pengetahuan tidak serta merta langsung diberikan kepada siswa, namun siswa perlu melampaui langkah-langkah yang terencana sehingga pengetahuan dapat diraih dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang telah dilalui oleh siswa.

Dari tahapan penggalian dan pemanfaatan pengetahuan awal siswa, pengalaman belajar autentik dan bermakna, hubungan sosial atau komunikasi yang kondusif, dorongan untuk mandiri, maka dengan langkah-langkah tersebut telah mencerminkan adanya pelaksanaan pemerolehan pengetahuan yang didapatkan oleh siswa dengan bantuan guru bukan langsung diberikan begitu saja, namun harus melewati tahapan-tahapan yang secara tuntas harus dilewati oleh siswa sebelum siswa mendapatkan pengetahuannya.



   


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel