#010 Identifikasi Proses Pembelajaran Yang Menerapkan Teori Belajar Konstruktivisme

basiceducationpenerapanteoribelajarkonstruktivismedalampembelajaran

Penerapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Penerapan teori belajar konstruktivisme dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran diantaranya adalah perhatian dan pemanfaatan pengetahuan awal siswa; pengalaman belajar yang autentik (dapat dipercaya) dan bermakna; adanya hubungan sosial yang kondusif; adanya dorongan agar siswa mandiri; dan adanya usaha untuk mengenalkan siswa kepada dunia ilmiah. (Belajar dan Pembelajaran; Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa; 2011).

Pada proses pelaksanaan pembelajaran nyata di kelas, hendaknya guru memperhatikan beberapa hal/ langkah jika menggunakan teori belajar konstruktivisme terutama dikaitkan pada unsur-unsur pembelajaran yang menggunakan teori belajar konstruktivisme sebagai berikut : 
  1. Guru memberikan perhatian dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa; pada teori belajar konstruktivisme, pengetahuan awal siswa perlu diperhatikan oleh guru sebagai dasar untuk mengawali penyampaian materi pembelajaran sehingga hal-hal yang sudah benar dan telah dimiliki siswa tidak mubadzir jika harus diterangkan kembali. Beberapa siswa yang telah memiliki kemampuan awal dapat dimanfaatkan sebagai pemicu atau secara tidak langsung turut menerangkan kepada siswa lain yang belum memahami. Langkah ini bisa dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memicu siswa untuk menjawab sesuai apa yang telah mereka ketahui. 
  2. Penekanan kepada pengalaman belajar autentik (terpercaya/nyata) dan bermakna; penekanan pembelajaran dengan memberikan pengalaman belajar yang autentik atau terpercaya dan nyata akan memberikan intensitas kebermaknaan pembelajaran yang akan selalu diingat oleh siswa sampai kapanpun. Dengan kata lain pembelajaran kontekstual mutlak harus dilakukan oleh guru pada materi-materi yang memang bisa di-kontekstul-kan. Harapanya adalah meningkatkan ketertarikan siswa pada proses pembelajaran karena sifat anak-anak yang sengat senang dengan hal-hal yang sifatnya kongkret dan juga untuk meningkatkan kebermaknaan pembelajaran yang akan terus melekat pada jiwa anak dan nantinya akan dikonstruksikan dengan informasi baru, hal ini akan memicu anak untuk terbiasa berpikir aktif dan kreatif. 
  3. Adanya hubungan sosial yang kondusif; hubungan sosial dalam proses pembelajaran dapat dimaknai sebagai bentuk komunikasi, baik antara guru dengan siswa ataupun antara siswa dengan siswa. hubungan sosial yang kondusif diartikan sebagai komunikasi atau hubungan yang saling mengisi (memberi dan menerima) antar komponan komunikasi dan dilakukan sesuai dengan tahap ukuran usia anak dan tidak menimbulkan tekanan baik fisik ataupun psikis sehingga mendukung perkembangan kognitif dan kreativitas anak dalam berpikir. Komunikasi yang kondusif dalam pembelajaran dilakukan oleh guru ketika pada tahap mengawali pembelajaran dan antar siswa ketika mereka melakukan kegiatan baik individual maupun bersama-sama dalam kelompoknya. 
  4. Adanya dorongan agar siswa mampu untuk mandiri; kemandirian dalam pembelajaran akan memberikan keuntungan bagi siswa salah satunya adalah tidak hanya mengandalkan guru sebagai sumber balajar dan pembimbing dalam kegiatan proses pembelajaran, segala hal yang ada di sekitar siswa (sekolah maupun di luar sekolah) bisa digunakan oleh siswa untuk mendukung proses belajarnya. Hal ini penting untuk mendorong agar siswa mampu untuk mandiri dalam pembelajaran yang nantinya akan dibawa ke masyarakat dalam kehidupan nyata yang dilaksanakan oleh siswa setelah mereka lulus dari jenjang pendidikan. 
  5. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang apa dan bagaimana dunia ilmiah; mencermati tahapan-tahapan pada roses pembelajaran yang dilakukan oleh Ibu Lia tersebut di atas, yang dalam keseluruhan pelaksanaanya mengandung tahapan penggalian, memperhatikan, dan mamanfaatkan pengetahuan awal siswa, memberikan pengalaman belajar yang autentik dan bermakna kepada siswa, pengkondisian hubungan komunikasi yang kondusif, dan danya dorongan agar siswa menjadi mandiri, hal-hal terkait tahapan-tahapan tersebut telah mencerminkan pengenalan tentang apa dan bagaimana tentang dunia ilmiah. Dunia ilmiah terintegrasikan dalam bentuk pembelajaran yang secara langsung maupun tidak langsung telah dilalui oleh siswa pada proses pembelajaran. 
konstrukstivismevskonvensionalpenerapanteoribelajarkonstruktivismedalampembelajaran

Dengan demikian maka tahapan-tahapan tersebut jika dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus meningkat pada setiap sesi pembelajarannya maka akan membiasakan siswa mendapatkan pengetahuannnya dengan cara yang biasa dipakai dalam dunia ilmiah.

DIharapkan hal ini akan sangat membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan tidak dengan cara di-suap-i oleh guru, namun ditemukan dengan proses konstruksi antara pengetahuan awal yang dikombinasikan dengan informasi baru yang didapatkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.









   


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel