004 Memahami Karakteristik Siswa Dengan Segala Keberagamannya [Studi Observasi Di Jenjang Sekolah Dasar]

Proses Peningkatan Karakter Positif
Melanjutkan postingan sebelumnya tentang
langkah-langkah meningkatkan karakter positif dan menekan atau mengeliminasi
karakter negatif pada siswa, kali ini penulis sampaikan tentang KEADAAN NYATA
yang telah dan sedang penulis laksanakan mengenai proses meningkatkan karakter
positif dan menekan atau mengeliminasi karakter negatif pada siswa yang baru
naik ke kelas 6.

Tanpa menafikan jenjang-jenjang kelas
sebelumnya, dapat dikatakan bahwa kelas 6 merupakan kelas yang kritis. Segala
upaya yang telah dilakukan selama jenjang-jenjang kelas sebelumnya akan
terlihat ketika siswa telah berada pada posisi jenjang kelas 6.
Sebagai kelas
yang merupakan titik persinggahan terakhir pada jenjang sekolah dasar, maka
kelas 6 diharapkan menjadi usaha terakhir dari semua pihak dalam membentuk
segala sesuatu yang berhubungan dengan siswanya.
Produk bernilai positiflah
yang tentunya diharapkan oleh semua pihak, karena pada produk positif itulah
semua pihak menitipkan keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Singkat kata, kelas 6 menjadi etalase produk hasil pendidikan dasar pada
jenjang sekolah dasar.

Memasuki ruang kelas 6, terlihat begitu
rapi dan indah baik dari segi penataan dan ornamen-ornamen hiasan kelasnya.
Namun penulis yang mengampu kelas 6 lebih merasakan adanya kekurangakraban baik
antara siswa ataupun dengan penulis. Ahh, itu mungkin memang masih baru naik
kelas 6 sehingga masih perlu waktu untuk beradaptasi.
Seminggu telah berlalu, namun hal tersebut
masih saja terjadi bahkan lebih meningkat intensitasnya. Sebagian contoh
diantaranya ada salah satu siswa yang sangat dominan bahkan cenderung
“ditakuti” oleh siswa yang lainnya, mayoritas siswa kurang antusias dan
cenderung apatis dalam proses pembelajaran padahal beberapa teknik dan metode
telah beberapa kali dilakukan selama seminggu berjalan.

Di samping itu beberapa informasi dan
laporan kurang sedap dari pendidik-pendidik jenjang kelas lainnya semakin
meyakinkan penulis untuk melakukan sesuatu. Beragam pertanyaan muncul di benak
penulis dan akhirnya mengerucut pada “apa penyebab” dan “bagaimana solusi”.
Identifikasi dilakukan dengan hasil yang
lumayan banyak, namun penulis lebih memfokuskan pada satu kata yakni
“karakter”. Menurut pertimbangan penulis, jika permasalahan karakter telah
teratasi, maka masalah-masalah lainnya seperti akademik akan mendapatkan titik
terangnya.
Langkah-langkah yang telah disampaikan pada postingan sebelumnya
akhirnya penulis laksanakan dengan harapan mampu meningkatkan karakter positif
dan menekan atau mengeliminasi karakter negatif siswa.

Langkah awal dilakukan dengan pemberian
koreksi secara agak “keras” baik secara individu ataupun klasikal mengenai
hal-hal yang terkait karater yang telah dimunculkan oleh siswa. Kemunculan
karakter yang positif diberikan apresiasi, dan kemunculan karakter negatif
diberikan peringatan.
Langkah selanjutnya adalah dengan membuat
forum santai pendidik dan siswa pada hari berikutnya dengan tujuan memberikan
pemahaman kepada siswa tentang karakter-karakter yang telah dimunculkan oleh
siswa selama ini.
Komunikasi aktif dua arah (siswa-pendidik) dilakukan dengan
tetap menjaga situasi namun pesan “karakter mana yang positif (harus
ditingkatkan) dan karakter mana yang negatif (harus dieliminasi)” tersampaikan
dengan baik kepada siswa.

Proses berjalan dengan baik dan lancar,
pesan tersampaikan baik secara individu maupun secara klasikal. Langkah ini
dilanjutkan dengan langkah selanjutnya berupa membuat kesepakatan dalam artian
siswa berjanji untuk selalu meningkatkan karakter-karakter yang positif dan menekan
atau mengeliminasi karakter-karakter negatif sesuai dengan hasil bahasan
sebelumnya.
Kesepakatan yang telah dibuat diberikan
pengawasan yakni dengan memberikan kepercayaan kepada masing-masing siswa untuk
mengawasi dirinya sendiri, sedangkan pengawasan klasikal dibebankan kepada
pendidik.
Secara sadar dan memahami, siswa yakin mampu meningkatkan karakter
positif dan menekan atau mengeliminasi karakter negatif. Pada prosesnya,
pelanggaran atas kesepakatan sangat minim dilakukan sehingga berdampak pada minimnya
sanksi yang diberikan.

Langkah mengintensifkan kegiatan-kegiatan
pembiasaan dan ekstrakurikuler seperti pembacaan surat-surat pendek, kultum
sebelum masuk kelas, pemantauan antrian dalam keseharian siswa di sekolah,
kegiatan kerja bakti dan sebagainya juga dilaksanakan selama proses. Pemantauan
kegiatan keagamaan (madrasah sore hari dan mengaji pada malam hari) juga
menjadi perhatian penulis.
Berjalan sekitar 5 minggu kemudian,
penulis rasakan sudah terdapat adanya perubahan, dengan demikian penulis susun
instrumen penelitian kualitatif dengan topik meningkatkan karakter positif dan
mengeliminasi karakter negatif dengan metode penekanan, pendekatan,
kesepakatan, pengawasan, dan penguncian. Instrumen yang disusun berupa
kuesioner dan panduan wawancara dengan guru dan pengampu kegiatan keagamaan
(madrasah dan guru mengaji).
Bagaimana hasilnya, apakah terjadi
peningkatan karakter positif dan eliminasi karakter negatif secara signifikan,
ataukah malah menunjukkan hasil sebaliknya??.
Persiapan Studi Kualitatif






